2008-11-10

“Pengalihan Panggilan”…

Di sebuah kebun anggur terlihat seekor serigala mengendap-endap. Matanya yang tajam memandangi serangkai buah anggur yang sudah matang. Air liurnya tampak menetes. “Wah… nikmat sekali kalau aku memakan anggur-anggur itu,” ujarnya. Ia pun segera mendekat.
Serigala itu segera melompat untuk meraih anggur-anggur tersebut. Namun usahanya gagal. Pohon anggur itu ternyata tinggi, sehingga sulit dijangkau. Ia pun mencoba lagi, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali. Lagi-lagi buah anggur itu tak mampu dijangkaunya. Serigala itu pun kelelahan dan menyerah. Sambil pergi ia bersungut-sungut,Uh dasar anggur pahit, anggur masam. Aku tak mau memakannya. Anggur itu memang pahit dan masam. Aku tidak mau memakannya!”.

Menarik sekali apa yang dilakukan serigala ini. Untuk menenangkan hati, ia mencari alasan yang masuk akal untuk menutupi ketidakmampuannya tersebut, dengan mengatakan bahwa anggur-anggur itu pahit dan masam. Padahal sebetulnya sangat manis.
Teknik “pengalihan” atau “rasionalisasi” yang dilakukan serigala ini layak ditiru. Khususnya ketika kita mengalami kegagalan, kekecewaan, ujian, dan hal-hal yang tidak mengenakkan lainnya. Dengan cara ini, derita yang kita rasakan menjadi lebih ringan, bahkan bisa dinikmati.

Ada satu kisah, seorang pemuda berjalan-jalan di sebuah taman kota. Saat tengah asyik menikmati segarnya udara pagi dan indahnya bunga-bunga, terbanglah seekor burung di atas kepalanya sambil mengeluarkan kotoran. Akibatnya rambut kelimis pemuda itu pun dipenuhi kotoran burung yang berbau busuk.
Perasaan sang pemuda campur aduk. Malu, marah, kesal, dan kaget menjadi satu. Namun apa daya, tak ada yang bias disalahkan. Dalam kondisi seperti itu, ia mencoba mengalihkan dan membuat rasionalisasi dari peristiwa yang dialaminya. “ mungkin ini peringatan dari Allah karena saya terlalu banyak berpikir kotor. Bisa jadi pula karena saya jarang sujud, sering ujub dan besar kepala,” gumamnya. Apa yang ia rasakan setelah itu? Ternyata, perasaan marah, kesal dan malu berangsur-angsur hilang. Ia pun jadi lebih tenang setelah berhasil menemukan “alasan” yang tepat dari kejadian yang menimpanya.

Intinya, jangan hanya terfokus pada masalah atau kejadian. Namun lihat pula hikmah di balik kejadian tersebut. Ketika kaki terantuk batu atau tangan teriris pisau, sehingga darah bercucuran, segera alihkan perhatian. Tenangkan diri dengan berpersepsi bahwa Allah hendak mengeluarkan darah haram dari dalam tubuh, dsb.

Allah Swt berfirman, Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS. An-Nisaa [4]: 79)

0 komentar:

Posting Komentar