2017-05-01

Belajar untuk Bermain dan Bermain untuk Belajar

Postingan baru setelah sekian luamaaa tidak menulis di blog ini 😅
Dan kali ini akan menulis sebuah makalah, yang dipersembahkan khusus untuk sahabat-sahabat terbaik saya: Fitriani, Damiyati, Fatimah, dan Fitria, para guru PAUD yang sedang berkuliah semester 6 di PG-PAUD ULM Banjarmasin. Enjoy ya, gaes... 😙

*Jangan lupa belajar dan bikin pertanyaan-pertanyaan ya, coy 😛


Makalah Belajar untuk Bermain dan Bermain untuk Belajar
oleh Hadaya Istifadah, dipublikasikan pada 1 Mei 2017





BAB I
PENDAHULUAN


  A.    Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang berkesinambungan antara keluarga dan lingkungan. Untuk menyelaraskan kebutuhan ini, maka perlu ada kerjasama dalam mendidik anak antara orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam memberikan layanan pada anak usia dini diharapkan sekolah mampu memberikan layanan pembinaan kepada orang tua untuk melanjutkan stimulasi pendidikan yang dpaat diselenggarakan sendiri di lingkungan sekitar maupun di rumah.
Lembaga pendidikan sebagai agen pembelajaran bertanggung jawab dalam mengembangkan berbagai aspek karakter bangsa. Sehingga setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tatanan PAUD sebaiknya mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang standar nasional PAUD yang dikembangkan dalam setiap tahapan dan jenjang pendidikan sesuai kebutuhan dan karakter masyarakat Indonesia. Pada pendidikan anak usia dini pendidikan karakter dikembangkan pada setiap kegiatan belajar (bermain).
Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Di antaranya adalah metode belajar sambil bermain ataupun bermain sambil belajar. Pada hakikatnya dua macam metode tersebut sama-sama saling mendukung dalam proses belajar anak didik.
Pada umumnya dalam proses pendidikan pada anak balita atau usia dini lebih diutamakan pada metode bermain sambil belajar. Hal ini dilakukan karena metode ini lebih sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Maka para pendidik memanfaatkan hal ini untuk mendidik mereka dengan cara bermain sambil belajar yaitu disamping mereka bermain mereka sekaligus mengasah ketrampilan dan kemampuan. Cara ini akan lebih berkesan dalam memori otak anak-anak untuk perkembangan pengetahuannya karena pada usia dini adalah masa-masa perkembangan memori otak sangat pesat.
Di seluruh dunia anak bermain. Bermain bagi anak bagaikan bekerja bagi manusia dewasa. Ada anak-anak yang bermain dengan patut, namun ada juga yang bermain ”cukup berbahaya” mereka lakukan sebagai kanak-kanak. Peran pendidikanlah untuk mengawal bagaimana permainan dapat menumbuh kembangkan mereka secara patut dan utuh sebagai anak manusia.
Menurut Vigotsky, bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak (Mayke S. Tedjasaputra, 2001: 9). Permainan merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi anak. Hampir semua benda dapat dijadikan sebagai alat permainan. Pada saat bermain anak belajar suatu objek, secara sadar atau tidak sadar ia belajar dari sifat-sifat objek tersebut. Menurut Piaget, nyata dalam bermain itu sangat penting untuk belajar pada anak usia dini. Anak memperoleh informasi demi informasi melalui interaksinya dengan objek dan kelak informasi tersebut disusun menjadi struktur pengetahuan. Bermain merupakan salah satu interaksi anak untuk memperoleh pengetahuan, sebab anak memperoleh pengetahuan melalui objek yang disentuh dan aktivitas yang dilakukan.
Pada umumnya dalam proses pendidikan pada anak balita atau usia dini lebih diutamakan pada metode belajar melalui bermain. Hal ini dilakukan karena metode ini lebih sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Cara ini akan lebih berkesan dalam memori otak anak-anak untuk perkembangan pengetahuannya karena pada usia dini masa-masa perkembangan memori otak sangatlah pesat.
Dengan demikian, bermain dan belajar mempunyai kaitan yang sangat erat pada anak usia dini. Dengan bermain anak bisa belajar banyak hal, dan dengan mempelajari banyak hal anak mendapatkan banyak pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai belajar dan bermain serta kaitan antara belajar dan bermain bagi anak usia dini yang diberi judul “Belajar untuk Bermain dan Bermain untuk Belajar”.

  B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran tersebut, maka permasalahan yang akan diungkap dalam makalah ini adalah:
1.     Apakah hakikat bermain dan belajar?
2.     Bagaimana memahami bermain sambil belajar?
3.     Bagaimana bermain bisa menjadi solusi untuk belajar anak?
4.     Bagaimana pembelajaran yang menyenangkan melalui bermain?
5.     Apa saja fungsi dan manfaat bermain untuk belajar?
6.     Bagaimana jenis-jenis kegiatan bermain untuk belajar?

  C.    Tujuan Pembahasan

Dari rumusan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.       Untuk mengetahui hakikat bermain dan belajar
2.       Untuk memahami bermain sambil belajar
3.       Untuk mengetahui bahwa bermain merupakan solusi untuk belajar anak
4.       Untuk mengetahui pembelajaran yang menyenangkan melalui bermain
5.       Untuk mengetahui fungsi dan manfaat bermain untuk belajar
6.       Untuk mengetahui jenis-jenis kegiatan bermain untuk belajar


BAB II
PEMBAHASAN

  A.    Konsep Dasar Bermain dan Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2). Sedangkan berdasarkan KBBI, belajar adalah melakukan sesuatu dengan alat untuk bersenang-senang.
Menurut Seefeld dan Barbour aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan (Carol Seefeld & Nita Barbour, 1990: 205). Kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh imaginatif dan dilakukan dengan segenap perasaannya.
Bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa perkembangannya, juga mampu membuat anak merasa bahagia. Rasa bahagia akan menstimulasi syaraf-syaraf otak anak untuk saling terhubung, sehingga membentuk sebuah memori baru, memori indah yang akan membuat jiwanya sehat” (Novie Jayanti Norma Sari, 2013).
Semua anak usia dini tanpa memandang usia mereka belajar dengan sangat baik melalui bermain (Phelps, 2005: 1). Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan bernegosiasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain anak dapat mengekspresikan dan melatih emosi dari pengalaman dan kejadian yang mereka temui setiap hari. Melalui bermain bersama dan mengambil peran berbeda, anak mengembangkan kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau pengikut – perilaku yang akan diperlukannya saat bergaul ketika dewasa. Dapat disimpulkan, bermain menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi dalam mendukung perkembangan dan belajar anak (Yohana Rumanda & Hikmah, 2013: 7). Ini juga alasan mengapa anak usia dini memerlukan waktu bermain lebih besar sepanjang harinya. Jika anak belajar dengan bermain, maka ia akan memiliki ketahanan belajar lebih baik jika dilakukan dengan kegiatan belajar seperti biasanya. Dengan melihat kondisi tersebut hendaknya dilakukan pengelolaan terhadap kegiatan bermain anak dengan baik, tujuannya adalah agar kegiatan bermain dapat diarahkan untuk mengembangkan kemampuan anak.
Anak tidak bisa dipisahkan dengan dunianya yaitu bermain. Walaupun banyak orang tua yang menganggap bahwa bermain itu membuang waktu saja, lebih baik belajar yang serius atau membantu orang tua. Anak-anak yang berumur 2-7 tahun sangat menyenangi permainan yang dilakukan secara berulang-ulang. Seperti pendapat Piaget, bermain merupakan respon-respon yang secara murni berulang-ulang untuk kepuasan fungsional. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa bagi anak merupakan kegiatan yang serius yang mengasyikkan. Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaan anak dapat terwujud. Conny Semiawan menyatakan bermain bagi anak merupakan salah satu alat yang menjadi latihan dalam pertumbuhannya dan sebagai medium di mana anak mencobakan sendiri, bukan saja dalam fantasinya tetapi benar nyata secara aktif. Bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bermain mempunyai arti, yaitu: setiap pengalaman bermain mempunyai unsur risiko, terdapatnya unsur pengulangan, anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa rasa dihukum, dapat menyatakan perkembangan sosial emosinya (Endang Sutisnowati, 2016).
Bermain adalah salah satu alat utama yang menjadi latihan umuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium, di mana si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya. Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak la kenali sampai pada yang la ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya, sampai mampu melakukannya. Jadi, bermain mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari seorang anak.
Menurut Arafat Bakhtar, dunia anak balita selalu dipenuhi dengan dunia bermain yang selanjutnya hal ini bisa dikembangkan menjadi sebuah wahana belajar yang akan meningkatkan perkembangan jiwa anak tersebut. Anak-anak yang mampu bermain dengan baik, mereka akan mudah mengakomodasikan dirinya ke lingkungan sekitarnya, teman-teman, benda-benda di sekelilingnya serta pada aturan-aturan yang sering ditemui dalam sebuah permainan. Oleh karena itu, peran orangtua dan lingkungan diharapkan mampu mengarahkan anak-anak pada permainan edukatif yang sesuai dengan perkembangan anak.

  B.    Memahami Bermain Sambil Belajar

Dengan mengerti arti bermain bagi anak, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain adalah suatu kebutuhan bagi anak. Dengan merancang pelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya.
Bahkan, kalau kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, menurut Conny Semiawan, ada satu tahap perkembangan yang berfungsi kurang baik dan ini tidak akan terlihat secara nyata segera, melainkan baru kelak bila ia sudah menjadi remaja. Ada 2 hal yang terkait dengan masalah ini.
  1.     Perkembangan kognitif anak pada umur ini menunjukkan bahwa ia berada pada taraf praoperasional sampai pada tahap operasi konkret. Ciri-ciri dari tahap perkembangan yang ditandai oleh childhood education, adalah perkembangan bahasa dan ke­mampuan berpikir memecahkan persoalan dengan menggunakan lambang tertentu. Makin ia memasuki tahap perkembangan operasi konkret, maka makin mampu ia berpikir logis, meskipun segala sesuatu pelajaran yang bersifat formal belum menjadi suasana yang diakrabi secara alamiah. Makin lama maka usai fase operasi konkret, secara bertahap ia memasuki fase operasi formal.
  2.     Hal kedua terkait dengan yang dikatakan di muka, berkaitan dengan fungsi otak kita. Seperti diketahui, kedua belahan otak kita, kiri dan kanan, memiliki fungsi yang berbeda-beda. Belahan otak kiri memiliki fungsi, ciri dan respons untuk berfikir logis, teratur, dan linier. Sebaliknya, belahan fungsi otak kanan terutama dikembangkan umuk mampu berpikir holistik, imaginatif dan kreatif. Bila anak belajar formal (seperti banyak hafal-menghafal) pada umur muda, maka belahan otak kiri yang berfungsi linier, logis, dan teratur amat dipentingkan dalam perkembangannya dan ini sering berakibat bahwa fungsi belahan otak kanan yang banyak digunakan dalam berbagai permainan terabaikan. Akibatnya kelak akan tumbuh dengan memiliki sikap yang cenderung bermusuhan terhadap sesama teman atau orang lain. Hal tersebut menunjuk pada suatu pertumbuhan mental yang kurang sehat.
Jadi belajar melalui bermain bagi anak umur kurang lebih 4-7 tahun adalah suatu conditio sine qua non, bila mau tumbuh secara sehat mental dan bahkan sampai dengan usia 13-14 tahun bermain adalah penting bagi anak. Belajar formal itu penting pada usia dini, namun jika pola-pola bermain dalam belajar ditinggalkan maka beraikbat otak kanan yang berfungsi kreatifitas dan permainan menjadi terabaikan.

  C.    Bermain, Solusi dalam Belajar

Usia dini adalah masa ketika anak menghabiskan sebagian besar waktu untuk bermain. Karenanya pembelajaran pada PAUD dilaksanakan melalui bermain dan kegiatan-kegiatan yang mengandung prinsip bermain (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146, 2014).
Pada dasarnya, bermain itu sendiri adalah suatu proses belajar. Saat bermain, anak sesungguhnya sedang membangun kreativitas dirinya. Sehingga tidak perlu dipermasalahkan. Justru orangtua atau gurulah yang harus mengembangkan metode dan strategi agar mau belajar.
Beragam cara yang bisa dilakukan agar anak mau belajar tanpa membatasi anak bermain. Salah satunya adalah dengan mengkombinasikan antara belajar dengan bermain, atau istilahnya yaitu “Bermain sambil Belajar.”
Dalam dunia pendidikan, permainan juga memegang peranan penting. Guru dapat menggunakan permainan sebagai salah satu metode pengajaran, seperti bermain ular tangga versi matematika, bermain engklek versi IPA, bermain balok atau permainan mendidik lainnya yang disesuaikan dengan materi pengajaran. Selain mampu menarik minat belajar siswa, metode belajar dengan bermain mampu membuat siswa lebih memahami materi dan mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal.
Orangtua sebagai tombak utama keberhasilan anak, sangat dianjurkan bekerjasama dengan guru dalam mendidik anak. Jika di sekolah anak telah diajarkan dengan metode yang menyenangkan, maka di rumah pun orangtua berperan mengembangkan kreativitasnya agar mampu menyeimbangi pola belajar anak yang menyenangkan.
Belajar sambil bermain disebut sebagai metode pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah salah satu dari beberapa unsur terciptanya efektivitas pendidikan dan pelatihan (Diklat). Belajar sambil bermain biasanya digunakan sebagai pelengkap penerapan strategi-strategi atau jenis-jenis pengajaran lain.
Belajar sembari bermain menjadi salah satu metode belajar yang efektif dan cukup menarik terutama di kalangan anak-anak. Melalui metode pembelajaran yang satu ini, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Belajar sembari bermain juga merupakan metode yang tidak membosankan, karena menyediakan media pembelajaran serta cara mengajar yang cukup menyenangkan. Metode belajar sambil menjadi salah satu metode yang sebaiknya diperhitungkan oleh para guru dalam mendidik anak didik mereka.  
Berikut adalah beberapa alasan kenapa metode ini sebaiknya diperhitungkan dan layak di jalankan.
1.     Siswa bisa belajar sekaligus bermain dalam waktu yang bersamaan
Ada kalanya siswa merasa bosan dengan cara mengajar yang monoton. Hal ini membuat mereka tidak lagi tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Akibatnya, siswa mudah merasa jenuh dan kosentrasi yang tidak lagi terfokus pada pelajaran. Melalui metode belajar sambil bermain, peserta didik mampu belajar seiring dengan kegiatan bermain. Melalui permainan, siswa bisa memahami ide serta konsep baru dalam proses belajar mereka. Alhasil, siswa akan mampu memahami materi yang diberikan oleh guru melalui sudut pandang yang belum mereka kenal sebelumnya. Metode belajar sambil bermain, juga membuat siswa mampu melakukan kemungkinan dan percobaan-percobaan tertentu dengan variabel yang baru.
2.     Guru dapat mengajak siswa belajar melalui permainan yang mereka buat
Keuntungan yang kedua, adalah guru bisa membuat siswa belajar melalui kegiatan bermain yang telah mereka atur sedemikian rupa. Melalui permainan yang menyenangkan, siswa dengan sendirinya akan mengikuti proses belajar sambil bermain yang dilakukan oleh guru.
3.     Siswa bisa belajar beberapa jenis keterampilan penting
Belajar sambil bermain, bukan hanya menambah pengetahuan siswa melainkan juga menambah ketampilan siswa dalam beberapa hal. Melalui metode belajar sambil bermain, siswa bisa menambah ketrampilan mereka dalam berpikir secara kritis, sportivitas, kerjasama dengan kelompok, dan menambah kreativitas.
Belajar sambil bermain adalah metode belajar paling efektif. Melalui metode ini siswa jadi lebih kreatif dan aktif. Mereka jadi lebih senang mengikuti pelajaran serta tidak mudah bosan. Tidak hanya itu, siswa juga bisa memperoleh beberapa keterampilan tambahan di luar materi yang diajarkan. Ada lima alasan mengapa belajar sambil bermain menjadi penting diterapkan dalam kelas.
Pertama, seorang siswa bisa belajar melalui proses berjalannya permainan. Dengan permainan para siswa bisa belajar memahami konsep dan ide baru dalam belajar. Siswa juga bisa melihat materi yang diajarkan dari perspektif yang belum mereka ketahui sebelumnya, sehingga mereka akan mulai bereksperimen dengan kemungkinan-kemungkinan dan variabel-variabel baru.
Kedua, dengan permainan bisa menjadi perantara untuk mengikutsertakan murid dalam proses belajar-mengajar. Beberapa pelajaran memerlukan keaktifan siswa. Seperti pelajaran bahasa asing yang membutuhkan wawasan tentang cara pengucapan dan perbendaharaan kata yang cukup. Melalui permainan, guru dapat mengajak mereka untuk mengucapkan beberapa kata atau dalam bentuk kalimat, sehingga secara tidak langsung mereka telah berlatih mengucapkan kata-kata dan kalimat-kalimat tersebut.
Ketiga, melalui permainan murid bisa mempelajari beberapa keterampilan penting. Ada banyak sekali keterampilan yang bisa dipelajari oleh murid melalui permainan, seperti keterampilan berpikir kritis, team work, kreatifitas dan sportivitas. Contohnya dalam pelajaran bahasa ada beberapa keterampilan dasar yang penting, seperti keterampilan dalam menggunakan kata yang sangat banyak.
Keempat, sebuah permainan bisa menjadi salah satu faktor penguat memori. Pada saat bermain, tanpa disadari murid banyak berinteraksi dengan materi yang sedang diajarkan, hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang membuat mereka mudah mengingat materi tersebut. Di dalam permainan, para murid banyak melewati momen yang sulit dilupakan. Dengan membuat variasi jenis permainan yang diberikan, stimulus yang diterima siswa akan bermacam.
Kelima, dengan permainan maka dapat menyerap perhatian siswa dan mengikutsertakan mereka kedalam proses belajar yang aktif. Siswa sangat menyukai permainan, hal ini bisa menjadi cara yang baik untuk memusatkan fokus sekaligus menyerap perhatian mereka. Setelah melewati masa liburan, murid biasanya terlihat sangat energik dan mudah bosan. Ketika masa seperti ini maka permainan yang memakan banyak energi bisa segera mengembalikan pikiran mereka kepada pelajaran, sehingga mereka bisa kembali siap untuk menerima pelajaran yang baru.

  D.    Pembelajaran yang Menyenangkan melalui Bermain

Bermain merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Setiap saat anak ingin selalu bermain. Di manapun, dalam kondisi apapun, anak akan berusaha mencari sesuatu untuk dapat dijadikan mainan. Anak-anak baik di kota besar, desa, pantai, dan gunung senang dengan permainan yang ada. Baik yang dimainkan berupa permainan tradisional maupun permainan modern. Anak-anak selalu bermain dengan riang, melalui bermain anak akan merasa rileks. Tertawa, teriakan, sorakan, ekspresi wajah yang ceria selalu mengiringi suasana anak bermain. Anak walaupun sakit tetap bermain secara terbatas kemampuannya. Di tempat tidur, saat anak tergolek sakit, masih tampak ia membawa mainan di samping tempat tidurnya, yang mudah ia mainkan pada saat-saat tertentu.
Kebutuhan akan permainan dan bermain sangatlah mutlak bagi perkembangan anak. Lingkungan dan orang dewasa, dalam hal ini orang tua, maupun guru perlu memfasilitasi kebutuhan anak dengan menyediakan berbagai permainan yang dapat mendukung perkembangan anak. Tentu saja permainan dan alat bermainnya tersebut bukanlah suatu yang harus bernilai ekonomi tinggi, tetapi apapun dapat dijadikan alat bermain. Misalnya daun kering dapat dijadikan alat hitung untuk mengembangkan konsep matematika, dapat mengklasifikasikan jenis-jenis daun, manfaat daun hal ini untuk mengembangkan konsep sains pada anak, dapat dijadikan bahan kreasi seni untuk mengembangkan seni dan lain sebagainya yang dapat dikembangkan hanya dari daun. Indonesia negeri yang kaya sumber alam yang masih dapat kita eksplorasi untuk dijadikan alat bermain.
Pembelajaran yang menyenangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
     1.     Pembelajaran berorientasi pada kebutuhan anak. Dengan demikian, setiap kegiatan pembelajaran harus selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu.
      2.     Dunia anak adalah dunia bermain, maka selayaknyalah pembelajaran untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk bermain. Intinya, bermain adalah belajar dan belajar adalah bermain. Anak belajar melalui main, main yang menyenangkan. Melalui sentra, proses pembelajaran dilakukan dengan menempatkan siswa pada posisi yang proporsional. Anak dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar. Perlu ditekankan bahwa bermain yang menyenangkan dapat merangsang anak-anak melakukan eksplorasi dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya (happy learning). Sehingga, anak dapat menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya.
      3.     Kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistimatika kerja/aktivitas. Bagaimana anak membuat pilihan-pilihan dari serangkaian kegiatan, fokus pada apa yang dikerjakan dan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dia mulai dengan tuntas.
      4.     Kegiatan pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup anak, yaitu membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.
     5.     Pembelajaran dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Stimulus pendidikan bersifat menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan. Karena itu, setiap kegiatan harus dapat mengembangkan atau membangun berbagai perkembangan atau kecerdasan anak. Dalam hal ini guru memfasilitasi agar semua aspek perkembangan anak berkembang secara optimal.
      6.     Anak akan memperoleh lebih banyak pengetahuan bila mendapat pijakan/dukungan dari guru pada saat main.

  E.    Fungsi dan Manfaat Bermain

Ada 4 macam fungsi bermain bagi perkembangan anak pra sekolah yaitu sebagai berikut:
1.     Melatih Fisik
Bermain merupakan aktifitas yang sangat baik bagi tubuh, karena bermain dapat membina kemampuan anaka dalam berolah tubuh, kecerdasan, keterampilan dan ketangkasan otak.
2.     Belajar berinteraksi dan Hidup bersama atau berkelompok
Bermain adalah kesempatan yang baik bagi anak untuk berinteraksi dan terjun ke dalam kelompok serta belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.
3.     Menggali Potensi Diri Sendiri
Dengan bermain anak diberi kesempatan untuk menyesuaikan kesulitan dengan kemampuan dirinya sendiri.
4.     Mentaati Peraturan
Orang dewasa harus membantu anak ersikap sportif dalam bermain dan membimbing mereka untuk mentaati peraturan.
Selain itu fungsi bermain, juga mengembangkan bahasa, disiplin perkembangan moral, kreatifitas dan perkembangan serta pertumbuhan fisik anak.
Pertama-tama yang harus diingat oleh anak didik yang ingin memainkan permainan dengan baik ialah mempelajari permainan itu dengan sungguh-sungguh guna menambah kemungkinan untuk meraih sukses. Kedua, suatu permainan sering memperlihatkan penampilan yang sederhana dalam situasi kehidupan nyata yang kompleks; ia merupakan ringkasan unsur-unsur pilihan dari kehidupan nyata dan oleh kerana itu memungkinkan pelajar menjalankan unsur-unsur pilihan ini satu-persatuan dengan mahir. Ketiga, suatu permainan mencakup partisipasi aktif dan oleh karena itu ia mungkin lebih efisien daripada pengajaran yang diterima secara pasif.
Sesungguhnya bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Elizabeth B. Hurlock, salah seorang pakar perkembangan anak, menuliskan dalam buku Child Development, setidaknya ada 11 (sebelas) manfaat dari kegiatan bermain bagi anak. Namun kami hanya akan menguraikan 8 (delapan) di antaranya, yaitu: 
1.     Perkembangan fisik
Ketika seorang anak bermain, misalnya bermain permainan tradisional “gobak sodor” atau galah asin, maka akan terjadi koordinasi gerakan otot, terutama otot-otot tungkai dan otot-otot gerakan bola mata. Sehingga otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik. Selain itu, bermain juga berfungsi untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada anak, yang bila terus terpendam akan membuat anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung.
2.     Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Sering kali, seorang anak berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang tidak menyenangkan, termasuk pembatasan lingkungan atas perilaku mereka, yang secara tidak sadar menimbulkan ketegangan dalam dirinya. Ketegangan ini berkurang ketika anak bermain. Aturan-aturan ketat yang mesti ditaati di rumah, misalnya jadwal belajar anak, sering kali membuat anak merasa terkekang. Jika tidak ada komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, maka kondisi ini akan terus membebani sang anak. Para orang tua dapat memperbaiki kondisi ini dengan terus membangun komunikasi yang terbuka dengan anak-anaknya, mendengarkan keluhan-keluhan mereka, bukan menceramahi. 
Selain itu, anak pun perlu diberikan kesempatan cukup untuk beristirahat pada waktu yang telah disepakati bersama. Sebab kita sama-sama mengetahui bahwa terlalu mengekang anak, sama buruknya dengan memberikan kebebasan yang tanpa batas. Melalui bermain anak menyalurkan beban emosionalnya secara menyenangkan. Mereka dapat berbagi cerita dengan teman-teman bermainnya untuk tujuan ini.
3.     Dorongan berkomunikasi 
Seorang anak memiliki kesempatan berlatih berkomunikasi melalui sebuah permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta memberikan pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang aturan dan teknis permainan yang akan dilakukan. Dengan demikian permainan dapat berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat para peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan dimengerti antar peserta bermain.
4.     Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan. 
Ada begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, namun sering kali bisa diwujudkan melalui kegiatan bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia inginkan ketika bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya menjadi seorang dokter, tentara maupun seorang pemimpin pasukan perang, yang mustahil mereka wujudkan dalam kehidupan nyata. 
5.     Sumber belajar 
Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka belajar tentang arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan. 
Semakin beragam media permainan serta banyaknya variasi kegiatan, kian semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman baru yang mereka terima. Hal ini dapat difasilitasi oleh para orang tua dengan cara memasukkan unsur pengetahuan populer dalam permainan anak. Bermain sambil belajar akan memberikan dua manfaat sekaligus pada anak, yaitu kesenangan serta kecintaan terhadap ilmu pengetahuan sejak dini. 
6.     Rangsangan bagi kreativitas. 
Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba melakukan sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya. 
Ide-ide spontan yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima oleh teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif lainnya. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan.
7.     Perkembangan wawasan diri
Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-teman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan teman-teman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat dalam pengembangan diri seorang anak.
8.     Belajar bersosialisasi
Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak-anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama.
Menurut Effiana Yuriastien (2009), ada 9 (Sembilan) manfaat bermain bagi anak:
1.     Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
Ketika bermain, anak akan menentukan pilihan-pilihan. Mereka harus memilih apa yang akan dimainkan. Anak juga memilih di mana dan dengan siapa mereka bermain. Semua pilihan itu akan membantu terbentuknya gambaran tentang diri mereka dan membuatnya merasa mampu mengendalikan diri. Permainan memotong kertas, mengatur letak atau mewarnai misalnya dapat dilakukan dalam beragam bentuk. Tidak ada batasan yang harus diikuti.Identitas dan kepercayaan diri dapat berkembang tanpa rasa ketakutan akan kalah atau gagal. Pada saat anak menjadi semakin dewasa dan identitasnya telah terbentuk dengan lebih baik, mereka akan semakin mampu menghadapi tantangan permainan yang terstruktur, bertujuan dan lebih dibatasi oleh aturan-aturan.
2.     Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial dan intelektual. Misalnya perkembangan keterampilan sosial dapat terlihat dari cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkompromi serta bernegosiasi. Apabila anak mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar harus bertanggungjawab.
3.     Melatih mental anak
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Orangtua akan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati saat bermain. Bahkan, lewat permainan (terutama bermain pura-pura) orangtua juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta keluarganya.
4.     Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stress
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka, walaupun kadang terasa abstrak untuk orangtua. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak biasanya disebabkan oleh rutinitas harian yang membosankan.
5.     Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran ‘baik’ dan ‘jahat’, hal ini membuat mereka kaya akan pengalaman emosi. Anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.
6.     Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
Melalui permainan, anak dapat belajar banyak gal. Di antaranya melatih kemampuan menyeimbangkan antara motorik halus dan kasar. Hal ini sangat mepengaruhi perkembangan psikologisnya.
Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah. Anak-anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan yang terdapat dalam setiap permainan.
7.     Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata, mungkin akan memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain.
8.     Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral selain dalam kelompok bermain.
9.     Mengembangkan otak kanan anak
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan begitu, bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah baik di sekolah maupun di rumah.

  F.    Jenis-Jenis Kegiatan Bermain untuk Belajar

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi (penjajagan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya (Alhidayati Aziz, 2013: 25).
Adapun jenis-jenis kegiatan bermain bisa membuat anak asyik sekaligus merangsang perkembangannya. Dalam bermain anak menggunakan alat permainan sesuai dengan kebutuhan anak, begitu pula jenis kegiatan bermain sesuai dengan usia perkembangan anak. Ada berbagai jenis kegiatan bermain anak di antaranya adalah sebagai berikut:
a.     Bermain aktif
Pada kegiatan bermain aktif, anak melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan seluruh indera dan anggota tubuhnya. Di antara jenis kegiatan bermain aktif adalah:
1)     Tactile Play/bermain dengan tangan
Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari jemari anak serta membantu anak memahami dunia sekitarnya melalui alat perabaan dan penglihatannya.
2)     Functional Play
Permainan yang mengutamakan gerakan motoric kasar/otot besar.
3)     Constructive Play/membangun
Permainan yang mengutamakan anak untuk membangun atau membentuk bangunan dengan media balok, lego dan sebagainya.
4)     Creative Play/bermain kreatif
Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri.
5)     Symbolic/Dramatic Play/bermain simbolik
Permainan dimana anak memegang suatu peran tertentu.
6)     Play Games
Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan bersifat kompetisi/persaingan.
b.    Bermain Pasif
Kegiatan bermain pasif tidak melibatkan banyak gerakan tubuh anak, tetapi hanya melibatkan sebagian indera saja terutama pendengaran dan penglihatan. Di antara kegiatan bermain pasif yang sering dilakukan anak adalah receptive play. Receptive play merupakan permainan dimana anak menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif (bukan fisik yang aktif) melalui mendengarkan dan memahami apa yang dia dengar dan ia lihat.


BAB III
PENUTUP


  A.    KESIMPULAN

Pendidikan yang tepat di TK mempunyai pengaruh sangat signifikan bagi proses tumbuh kembang anak dan mempengaruhi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya, karena pada masa ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, bahasa dan sosialnya. serta emosional dan intelektualnya.
Cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK adalah melalui pembelajaran yang menekankan pada kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Permainan yang digunakan di TK merupakan permainan yang didisain sedemikian rupa, sehingga merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK yang sangat tepat.
Dalam implementasinya, guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK menggunakan pola yang disebut model pembelajaran. Apapun model pembelajaran yang digunakan di TK, namun yang terpenting harus dikemas dalam konteks bermain yang betul-betul didisain secara matang, dengan memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis anak. kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, serta menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik.

  B.    SARAN

1.     Guru atau Tutor harus kreatif dalam mencari materi pembelajaran.
2.     Orang tua diharapkan memberikan panduan dan arahan anak semenjak usia dini.
3.     Orang tua dan masyarakat diharapkan ikut berperan aktif dalam pelaksanaan program PAUD.


DAFTAR RUJUKAN


Aziz, Alhidayati. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kemendikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kemendikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kemendikbud.

Phelps. 2005. Beyond Building Up Knowing Down. Florida: The Creative Center for Childhood Research & Training, Inc.

Rumanda, Yohana dan Hikmah. 2013. Pembelajaran Anak Usia Dini yang Menyenangkan melalui Bermain. Jakarta: Kemendikbud.

Semiawan, Conny, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Yuriastien, Effiana, Daisy Prawitasari, dan Ayu Bulan Febry. 2009. Games Therapy untuk Kecerdasan Bayi dan Balita. Jakarta: Wahyumedia.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kelima). Jakarta: Balai Pustaka.

Sutisnowati, Endang. 2016. Pentingnya Bermain bagi Anak pada Pembelajaran di PAUD-RA/TK. http://www.pusdiklatteknis.kemenag.go.id/index.php/berita-ilmiah/artikel/170-pentingnya-bermain-bagi-anak-pada-pembelajaran-di-paud-ra-tk. Diakses pada Sabtu, 30 April 2017 Pukul 07.33 Wita.

Sari, Novie Jayanti Norma. 2013. Bermain Sambil Belajar. http://www.rumahbelajar-persada.com/artikel/bermain-sambil-belajar/. Diakses pada Minggu, 30 April 2017 Pukul 13.14 Wita.


0 komentar:

Posting Komentar