2013-01-17

Ini Risiko yang Harus Ditanggung dari Iklan Susu Formula

Peraturan Pemerintah (PP) No 33/2012 tentang Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif juga mengatur soal promosi dan iklan susu formula. Mengapa perlu diatur? Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menjelaskan beberapa risiko yang harus ditanggung bila promosi dan iklan susu tidak diatur.

Risiko yang dimaksud terungkap dalam sebuah penelitian terbaru di 3 negara yakni Nigeria (2010), Filipina (2011) dan Australia (2012). Penelitian tersebut menunjukkan 3 hal yang berhubungan dengan promosi susu formula:


1. Iklan susu formula memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan pemberian makanan pada bayi dan anak.

2.Ibu cenderung memberikan susu formula apabila mereka dapat mengingat pesan-pesan kunci yang disampaikan dalam iklan, dan ibu menyusui yang juga memberikan susu formula pada anaknya 6,4 kali lebih besar kemungkinannya untuk berhenti menyusui sebelum bayi berusia 12 bulan.

3. Konsumen tidak bisa membedakan antara iklan susu formula bayi dengan susu formula lanjutan.

"Kita lihat, di Indonesia kan tidak ada iklan susu formula untuk bayi. Itu saja kadang ibu-ibu tidak tahu kalau itu bukan untuk bayi," kata Mia Sutanto, ketua AIMI dalam jumpa pers 'Pernyataan Sikap AIMI Terhadap Penelitian Daffodil di Kafe de'Resto, Rabu (15/1/2013).

Mia menilai iklan dan promosi susu formula di Indonesia masih banyak diwarnai pelanggaran meski sudah ada PP No 33/2012 tentang ASI Eksklusif. Tidak selalu lewat media, tetapi dalam bentuk promosi yang lain seperti diskon-diskon di supermarket, pemasangan billboard, serta program-program soal parenting yang disponsori susu formula.

Bahkan di beberapa pusat layanan kesehatan seperti klinik atau rumah sakit, sering dijumpai pemberian goody bag atau hadiah-hadiah yang mencantumkan logo susu formula. Bantal berlogo susu formula dan pembelian peralatan medis yang disponsori susu formula, menurut Mia termasuk pelanggaran yang dilakukan oleh produsen susu formula.

"Kalau kita perhatikan, iklan susu formula juga sering menampilkan sosok berpakaian jas putih yang mengesankan seolah-olah itu dokter. Itu juga tidak boleh sebenarnya," lanjut Mia.

Termasuk dalam kaitannya dengan penelitian Daffodil yang ditentang AIMI, perusahaan susu formula tidak boleh sembarangan memberikan bantuan dana untuk penelitian semacam itu. Ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi, antara lain harus dilakukan secara terbuka.

"Apapun hasil penelitian Daffodil, kemungkinan besar akan digunakan oleh produsen susu formula untuk mempromosikan produknya sebagai lebih unggul dibanding dengan yang lain. Hal itu tentu akan berdampak secara negatif terhadap kampanye ASI Eksklusif yang senantiasa dikumandangkan Pemerintah dan lembaga-lembaga pegiat ASI di Indonesia," tulis Mia dalam rilisnya untuk wartawan.

Sumber: http://health.detik.com/read/2013/01/16/134355/2143755/1300/ini-risiko-yang-harus-ditanggung-dari-iklan-susu-formula

0 komentar:

Posting Komentar